HARAPAN YANG TIDAK TERTUKAR


Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, 
merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
(Lukas 5:11)

Napoleon Bonaparte, seorang pemimpin perang dari Prancis, sebagaimana dikutip  John C. Maxwell mengatakan, “Seorang pemimpin adalah pedagang pengharapan.” Konteks lengkap kalimat ini terkait dengan pentingnya seorang pemimpin menyalurkan harapan kepada pengikutnya. Begitu pentingkah sebuah pengharapan? Benar, sangat penting!

Biasanya awal tahun dipandang sebagai momentum yang tepat menaruh harapan-harapan baru. Namun harus tetap diingat, pada tahun baru sekalipun banyak hal tidak benar-benar baru. Bagian-bagian yang sedang terjadi pada tahun lalu, masih terus akan terjadi pada tahun ini. Sebab itu, inilah yang harus dijaga: tidak menukar harapan dengan pepesan basi! Bagaimana supaya harapan tidak tertukar?

Kisah tentang Petrus kali ini merupakan bagian yang layak dijadikan patokan dalam menjawab pertanyaan di atas. Semalaman bekerja, dalam kondisi lelah, merasa gagal karena tanpa seekor ikan pun yang ditangkap; layak rasanya jika Petrus berputus asa. Namun kedatangan Tuhan Yesus Kristus membuat segala sesuatunya berubah: jala yang kering terkoyak oleh banyaknya tangkapan, perahu yang kosong menjadi hampir tenggelam karena penuh ikan. Tujuannya datang ke danau untuk mendapatkan ikan telah terpenuhi. Kini, layak rasanya Petrus berterima kasih pada Tuhan Yesus Kristus, dan pulang dengan membawa banyak ikan.

Tetapi Petrus menyadari siapa dirinya dan siapa yang dihadapinya. Pengakuannya sebagai orang berdosa, menyatakan siapa dirinya di hadapan Tuhan. Kata “Tuhan” ini dalam bahasa Yunani Kurios, yang artinya penguasa. Demikian juga saat dia meninggalkan ikan yang diterima dan mengikut Yesus, menggambarkan tentang harapannya pada Sang Pemberi berkat, Tuhan sendiri, jauh lebih besar dari ikan-ikan yang dicari dan telah didapat. Tuhan Yesus beserta panggilan-Nya telah menjadi fokus Petrus, bukan ikan!

Pada awal tahun ini, penting terus menjaga supaya harapan kita tidak tertukar dengan apapun, sebaliknya tetap pada Kurios. Seberapapun besar janji, harapan, rencana, fasilitas, yang dapat diperoleh pada tahun ini, tidak bertukar tempat dengan Tuhan Yesus Kristus. Masih mengutip kata Napolen Bonaparte, “Alasan kebanyakan orang gagal daripada berhasil adalah mereka menukar apa yang paling mereka inginkan dengan apa yang mereka inginkan saat ini.” Marilah kita tetap jadikan Yesus sebagai yang paling kita inginkan, melebihi apapun yang kita inginkan saat ini!


Oleh : Johan Deretah





Comments

Popular posts from this blog

ALUMNI BERMISI

NADIA KRISTANTI (Ketua Persekutuan Siswa Kristen Jember)