Hidup Menjadi Saksi Kristus
dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea
dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Dalam
sebuah persidangan, kehadiran seorang saksi sangat
penting. Keterangan
saksi akan menjadi salah satu barang bukti
yang menolong hakim untuk mengambil keputusan hukum bagi seorang terdakwa.
Di dalam hal lain, keterangan saksi mata yang berada di lokasi dan melihat
langsung sebuah peristiwa kecelakaan, akan sangat berharga daripada penjelasan
orang yang tidak ada di tempat kejadian kecelakaan tersebut.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari saksi adalah “orang yang
melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa (kejadian);” “orang yang
dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan penuntutan dan
peradilan tentang suatu perkara pidana yang didengarnya, dilihatnya, atau
dialaminya sendiri.” Karena itu, kualifikasi
seorang saksi menjadi penting. Seorang saksi harus mengalami secara pribadi,
bukan berdasar dari apa kata orang lain. Seorang saksi harus menceritakan apa yang dialami dan dilihatnya. Seorang saksi harus menyampaikan
kebenaran.
Dalam
Kisah Para Rasul 1:8, Tuhan Yesus memberikan kuasa agar para murid menjadi
saksi-Nya dari Yerusalem, Yudea, Samaria,
dan sampai ke ujung bumi. Ayat ini disampaikan Tuhan Yesus kepada para murid sebelum naik ke sorga. Namun panggilan menjadi saksi Kristus
masih sangat relevan, dan berlaku bagi kita saat ini.
Panggilan sebagai seorang saksi Kristus tidak hanya diberikan kepada orang
tertentu, seperti pendeta atau penginjil, tapi bagi semua orang
Kristen. Tuhan Yesus menyatakan “kamu adalah saksi-Ku”, itu berarti Tuhan memanggil kita semua untuk menjadi saksi-Nya.
Seringkali
kita berdalih dan tidak mau menjadi saksi dengan berbagai
alasan. Injil yang kita yakini dan alami harus diberitakan. Kita tidak boleh
menjadi murid Kristus yang egois. Ketika Tuhan mengatakan “kamu akan menjadi
saksi-Ku, Dia ingin kita mengalami sendiri karya keselamatan yang Tuhan
kerjakan. Membagikan kabar sukacita keselamatan yang telah kita alami kepada
orang lain adalah kualifikasi kita sebagai murid Kristus.
Seringkali
kita berfikir, menjadi saksi Kristus tidak perlu dengan ucapan, cukup hidup
baik, melakukan perbuatan baik. Memang kita harus berbuat baik, tapi itu belum
cukup jika kita ingin menjadi saksi Kristus. Jika kita mengandalkan perbuatan
baik saja supaya orang mengenal Kristus, maka
ada banyak orang di luar Kristen pun hidupnya lebih baik. Kebaikan kita belum
cukup untuk membawa orang kepada pertobatan dan pengenalan akan Tuhan.
Seorang murid Kristus harus memenuhi panggilan-Nya untuk menjadi saksi-Nya. Dimana saja, kapan saja, kepada siapa saja dan apapun yang menjadi profesi kita saat ini, kita dipanggil untuk menyampaikan kebenaran yang sesungguhnya di dalam Kristus, menceritakan kepada orang lain karya keselamatan yang telah kita alami terlebih dahulu. Melalui kesaksian kita, kiranya banyak orang mendengar dan menjadi percaya kepada Kristus, dan karenanya nama Allah dimuliakan.
Oleh Wahyu Respati, S. Sos.
Comments